Rabu, 07 Mei 2014

Karakter Muslim Unggul

1. Salimul Akidah (Akidah yang Bersih)
Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada ALLAH SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada ALLAH.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi ALLAH tuhan semesta alam” (Q.S. 6: 162)
2. Shahihul Ibadah (Ibadah yang Benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”.
Sehingga dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada ALLAH SWT maupun dengan makhluk-makhlukNya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.
Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh ALLAH SWT di dalam Al Qur’an. ALLAH berfirman yang artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (Q.S.68: 4).
4. Qawiyyul Jismi (Kekuatan Jasmani)
Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)
5. Mutsaqqaful Fikri (Intelek didalam Berpikir)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. ALLAH SWT berfirman yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. 39: 9)
6. Mujahadatul Linafsihi (Berjuang Melawan Hawa Bafsu)
Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim).
7. Harishun Ala Waqtihi (Pandai Menjaga Waktu)
ALLAH SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum matisehat sebelum datang sakitmuda sebelum tuasenggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (Teratur dalam Setiap Urusan)
Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga ALLAH menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat, berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Qaadirun Alal Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri)
pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari ALLAH SWT. Rezeki yang telah ALLAH sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau keterampilan.
10. Nafi’un Lighoirihi (Bermanfaat Buat Orang Lain)
Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir)
Peran Pemuda di dalam Kebangkitan Islam
Al-qur’an menceritakan tentang potret pemuda ashaabul kahfi sebagai kelompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan mayoritas kaumnya yang menyimpang dari agama Allah SWT, sehingga Allah SWT menyelamatkan para pemuda tersebut dengan menidurkan mereka selama 309 tahun. (Q.S. Al Kahf). Kisah pemuda ashaabul ukhdud di dalam Al-qur’an juga menceritakan tentang pemuda yang tegar keimanannya kepada Allah SWT, sehingga banyak masyarakatnya yang beriman dan membuat murka penguasa.
1. Pemuda Sebagai Generasi Harapan Islam
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan dan memuliakan para pemuda. Sifat-sifat yang menyebabakan para pemuda di atas dicintai Allah SWT dan mendapatkan derajat yang tinggi, dan kisah mereka diabadikan dalam Al-qur’an dan dibaca jutaan manusia dari masa ke masa, adalah sebagai berikut :
1.    Mereka selalu menyeru kepada yang haq.(Q.S. 7: 181)
2.    Mereka mencintai Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka. (Q.S. 5: 54)
3.    Mereka saling melindungi dan menegakkan shalat. (Q.S. 9: 71)
4.    Mereka adalah para pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT. (Q.S. 13: 20)
5.    Mereka tidak ragu-ragu dalam berkorban diri dan harta untuk kepentingan islam.(Q.S. 49: 15)
1.    2. Pemuda Harus Menjadi Generasi yang Bekerja dan Aktif  Berdakwah
Islam memandang posisi pemuda di masyarakat bukan menjadi kelompok pengekor yang sekedar berfoya-foya, membuang waktu dengan aktivitas-aktivitas yang bersifat hura-hura. Melainkan, islam menaruh harapan yang besar kepada para pemuda untuk menjadi pelopor dan motor penggerak dakwah islam. Pemuda yang baik dan benar adalah pemuda yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.    Mereka bekerja/beramal didasari dengan keimanan atau akidah yang benar.(Q.S. 41: 33)
2.    Mereka selalu bekerja membangun masyarakat. (Q.S. 18: 7)
3.    Mereka memahami bahwa orang yang baik adalah orang yang paling bermanfaat untuk umat da masyarakatnya. (Q.S. 9: 105)
1.    3. Pemuda Harus Menjadi Generasi yang Menjadi Potret Islam
Para pemuda hendaknya menyadari bahwa mereka haruslah menjadi kelompok yang mampu mempresentasikan nilai-nilai islam secara utuh bagi masyarakat.
1.    Mereka menjadi generasi yang Qalbunya hidup (Q.S. 42: 88-89) karena senantiasa dekat dengan al-qur’an dan tenang dengan zikrullah (Q.S. 13: 28),bukan generasi berhati batu (Q.S. 57: 16) akibat jauh dari nilai-nilai islam ataupun generasi mayat (Q.S. 6: 122) yng tidak bermanfaat tetapi menebar bau busuk kemana-mana.
2.    Di dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, para pemuda harus sabar dan terus berjuang menegakkan islam. Hendaklah mereka berprinsip bahwa jika cintanya kepada Allah SWT benar, semua masalah akan terasa ringan.
3.    Di dalam perjuangan, jika yang menjadi ukurannya adalah keridhaan manusia maka terasa berat, tetapi jika ukurannya keridhaan Allah SWT maka apalah artinya dunia ini. (Q.S. 16: 96)
1.    4. Pemuda Harus Menjadi Generasi yang Selalu Kembali pada Allah SWT dan Bertaubat
Hal lain yang harus dipahami para pemuda adalah mereka harus memahami bahwa setiap manusia pernah berbuat dosa. Namun sebaik-baik orang yang berdosa adalah mereka yang senantiasa segera bertaubat dan kembali kepada Allah SWT (Q.S. 3: 135) hal ini dikarenakan bahwa manusia adalah makhluk yang sangat lemah (Q.S. 20: 115) dan fakirakan hidayah Rabb-nya.

Hendaklah para pemuda merenungkan sahabat Ali ra. Sebagai berikut, “ maksiat yang kusadari, lalu aku bertaubat lebih kucintai dari taat yang membuatku bangga diri.” Dan juga ucapan seorang salaf Ibnu Athaillah berikut ini, ”boleh jadi dibukakkan pintu taat padamu tapi hal itu menyebabkan kamu lupa dan kufur akan nikmat taat tersebut, dan boleh jadi dibuka pintu maksiat atasmu tapi membuatmu menyesal dan taubat sehingga engkau menjadi dicintai Allah SWT.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar