Selasa, 22 September 2015

Pelatihan Menghafal Al quran (bersama Pasutri Ustadz B Arbie Pasaribu, S.Pd & Ustadzah Siti Ramlah, S.Pd.I. Al hafizhah)



*TT akronim dari Tahsin Tahfizh.

SDIT Robbani Rantauprapat-31 Agustus 2014. Pagi yang ceria. Mengisi hari libur dengan training. walau sedikit "mengutuk" tiap hari ke sekolah.

Pukul 8 pagi, guru-guru SDIT Robbani sudah ramai dan penuh antusias menyambut acara Pelatihan Menghafal Al quran. Pelatihan ini menjadi semacam reorientasi seluruh Tenaga Pendidik SDIT tentang TT.

Sekitar pukul 9 pagi, materi pertama yang dibawakan Ustadz Arbie mulai 'melaju'. "Membumikan Al quran Sejak Dini". Itulah tema yang disajikan pemateri. Pemateri sempat mengajuka pre tes kepada peserta.

Pertanyaan pertama tentang urgensi TT bagi SDIT. Peserta mengajukan jawaban beragam. Untuk menjadi generasi Robbani (mengajarkan dan belajar Al quran), menjadi manusia terbaik (belajar dan mengajarkan Al quran), menanamkan kedekatan Al quran sejak dini, melatih kinerja otak, dan masih ada jawaban lain dari para peserta.

Pertanyaan kedua tentang program TT. Untuk pertanyaan ini, forum pelatihan 'menyepakati' jawabannya adalah belajar sambil bermain. Bermain dalam lingkup permainan yang mengarah pada TT.

Pemateri menyampaikan bahwa TT seperti garam dalam kehidupan SDIT. Tanpa TT maka SDIT akan hambar. Siswa Kelas 1 yang belum bisa baca Al quran pun bisa diajarkan Tahfizh. Tentunya pengajaran tahfizh tersebut dibarengi dengan pengaran tahsin.

Dalam penyampaian materi, Ustadz Arbie juga menayangkan film-fil motivasi dan inspiratif serta edukatif. salah satunya dari film "Koran By Heart."
"Alangkah bahagianya Abi dan Ummi yang anaknya hafal Al quran" demikian salah satu ungkapan di film tayangan tersebut.

"Metode TT itu semua baik. Masing-masing ada plus minusnya. Mana yang sesuai itulah yang dipake, tergantung pilihan masing-masing" ujar pemateri.

Pada sesion materi ke-dua, giliran Ustadzah Siti Ramlah yang mengulas tentang metode/program TT agar tepat untuk anak. Salah satu aturan yang ditanamkan adalah Al quran tidak diberlakukan sebagai hukuman. Tetapi, Al quran adalah reward. Metodenya bisa dilakukan dengan bermain atau menambah hafalan dengan gerakan atau metode lainnya.

Pertama, bangun kecintaan pada Al quran. Kedua, jadilah guru TT yang dicintai anak. Ketiga, Bangunkan rasa cinta anak terhadap Al quran. Keempat, kenali gaya belajar anak. Itulah kriteria pengajar TT.

Sebelum menghafal, maka anak dikondisikan agar nyaman dengan al quran, bisa dengan menonton, mendengarkan murattal, makan snack (ketepatan praktek Sekolah Al quran yang dikelola Ustadzah Siti Ramlah berlangsung dari jam 3 sampai jam lima sore). Ada doa di awal, dan doa lagi di akhir dengan menyebutkan nama anak satu-satu. Ustadzah memaparkan metodologi/program TT.

Pada kesempatan tersebut, Ustadzah Siti Ramlah juga mengajarkan cara menghafal dengan gerakan (jadi lucu lho....). Sebelumnya Ustadz Arbie mensimulasikan murajaah dengan metode permainan "Snip Snap".

Pengelompokan kelompok TT berdasrkan kemandirian dalam baca Al quran dan jumlah hafalan anak.

Beberapa rekomendasi pelatihan tersebut adalah pembagian kelompok Tahsin dan Tahfizh yang berbeda, up grade Guru skill guru TT dan menjadikan Al quran sebagai reward bukan hukuman.

Di bagian akhir pelatihan, pemateri mengulas kualitas bacaan Al quran guru-guru TT dan memaparkan pandangan pemateri terhadap berbagai metode Tahsin; Iqra, Qiraati, Tilawati, Al hira dan El taysir

Salam sama bang Ayyub, ya Pak Ustadz... semoga menjadi Al hafizh....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar